Saturday, April 19, 2008

Orang Sebelah

Ini cerita zaman saya masih kost dulu. Seorang teman kost saya cerita, begini katanya :

Alkisah, pada tengah malam disebuah rumah, ada orang mengetuk pintu. Si tuan rumah pun bertanya dari dalam rumah : Siapa?

Orang sebelah, jawab yang diluar.

Si tuan rumah mengira tetangga sebelahnya lah yang bertamu ditengah malam itu. Maka dia pun membuka pintu. Begitu buka, si tuan rumah menjerit dan terus pingsan.

Ada apa gerangan? Ternyata memang yang datang itu orang sebelah. Benar-benar sebelah. Badannya yang sebelah :D

Cerita ini sukses membuat saya ketakutan tidak bisa tidur bila malam menjelang. Maklum zaman masih kost, tidur dalam kamar sendirian. Akhirnya sebelum tidur saya buka radio dulu, dengar musik sambil baca buku kemudian tertidur. Parahnya, kadang saya terbangun ditengah malam. Pikiran saya hanya satu : orang sebelah!!!

Friday, April 18, 2008

sekolah

+ wawa nak sekolah tak?

- nak. tapi nanti kalau wawa dah besar macam bunda.

+ laaaahh :D

Perjalanan Ini

Kemarin sore, saya terus bersenandung lagu Ebiet G. Ade, yang videonya bisa dilihat dipostingan sebelumnya. Tapi cuma sebaris.. Perjalanan ini... dengan suara falseto saya :D. Suami saya senyum-senyum, kenapa nyanyi itu terus tanyanya.

Lagi bad moooooddddd.... jawab saya, tapi cuma dalam hati.

Yah, perjalanan ini memang kadang menyesakkan. Hiks..

Saya betul-betul lelah kemarin. Mengurus 2 balita memang memerlukan energi lebih. Kalau saya gendong aliff, najwa juga minta ikut digendong. Kalau stamina saya lagi ok, saya gendong dua-duanya, aliff dikiri najwa dikanan. Tidur siang, saya tidurkan aliff dulu, najwa seperti cemburu. Ingin juga dipeluk. Akhirnya saya bilang, peluk belakang bunda nak, sementara adek menyusu. Nanti kalau adek tidur, giliran kakak yah. Dia cuma mengangguk, tapi sedih agaknya.

Pekerjaan saya. Seharusnya saya bersyukur masih bisa bekerja dari rumah. Ah, saya tak harus mempersoalkannya. Ini resiko saya. Kerja dari rumah harus pandai mengatur waktu. Saya harus rela jam tidur saya cuma beberapa jam.

Hidup ini perjuangan. Saya sedang berjuang. Akhirnya menghibur diri :D Tak apa, daripada menyiksa diri kan?

Ah, dengerin Ebiet lagi lah.. Maaf kalo bosan :D

efek dari lagu ebiet ini, saya ditraktir makan spageti carbonara.. kesukaan saya.. yuhuuu...

Thursday, April 17, 2008

berita kepada kawan

evergreen song...



ah, jadi sedih...

Thursday, April 10, 2008

Maternity Room

Sebagai Ibu menyusui, saya kadang kesulitan mencari tempat menyusui kalau sedang jalan-jalan dan tiba-tiba anak saya menangis lapar. Memang beberapa pusat perbelanjaan ada yang sudah menyediakan fasilitas tersebut. Tapi, sebagian lain masih belum tumbuh lagi kesadarannya. Seperti sebuah mall besar di JB. Kalau sudah begitu, saya terpaksa cari surau atau kembali ke mobil, nenyusui disana.

Ruangan menyusui atau maternity room yang paling saya suka adalah di Suria KLCC. Ruangannya luas, tersedia tempat untuk menukar diapers, tempat bermain anak-anak, dan ruang menyusui yang ditutup dengan gorden. Kalau dipusat perbelanjaan lain yang menyediakan fasilitas tersebut, ruangannya biasanya kecil saja, dengan satu sofa dan satu matras untuk menukar diaper. Itupun bagi saya sudah mencukupi, karena biasanya diruangan menyusui jarang ada orang.

Sejak dari anak saya yang pertama, Najwa, saya memang menyusukannya secara ekslusif. Dari lahir sampai 6 bulan pertama saya hanya memberinya air susu ibu (ASI). Makanan tambahan baru diberikan setelah 6 bulan. ASI saya berikan sampai dia berumur 2 tahun 4 bulan. Karena saya hamil lagi, dengan perjuangan susah payah saya berhasil menyapihnya.

Anak kedua saya, Aliff, pun hanya saya beri ASI saja. Walaupun sempat terkena jaundice ringan di 2 bulan pertama, saya tak terpengaruh untuk memberinya susu botol atau susu kambing yang katanya bisa menghilangkan kuning. Saya turuti saran dokter untuk hanya memberi ASI saja, karena jenis jaundice anak saya adalah breastfeeding jaundice.

Saya berpegang teguh pada prinsip, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Memberinya makanan lain sebelum 6 bulan adalah 'terlarang' bagi saya. Manfaatnya bisa saya rasakan pada Najwa. Alhamdulillah, najwa tumbuh sehat, jarang kena penyakit.

Jadi, walaupun sedikit repot kalau jalan-jalan, karena saya tidak mungkin menyusui didepan umum, saya tetap dengan prinsip saya itu. Apalagi di Indonesia sekarang sedang marak susu formula berbakteri.

Mudah-mudahan, semakin banyak pusat perbelanjaan yang menyediakan maternity room. Mudah-mudahan juga semakin banyak ibu-ibu yang menyusukan bayinya. Saya kadang prihatin, kalau melihat bayi dari lahir sudah diberi susu botol. Tidak mengertikah? atau malas? atau yang lebih parah, tidak peduli...!!!

Saturday, April 5, 2008

Saya dan masa kecil

Kadang-kadang, saya teringat peristiwa masa kecil. Salah satunya yang paling saya ingat adalah kematian seorang anak kecil berusia empat tahun, tetangga belakang rumah saya. Saya tidak tahu persis apa penyakitnya. Yang saya ingat dia masih belum bisa jalan diusia sebesar itu.

Saya masih duduk disekolah dasar waktu itu. Mungkin berusia 8-9 tahun.

Sebagai anak kecil saya mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Saya melihat anak itu dimandikan. Dan...ini yang kadang membuat saya geli. Para orang tua yang bertugas memandikan mayat itu bilang : ayo, cuci muka (dengan air bekas memandikan mayat), biar tak teringat terus dengan si mati.

Saya menurut. Saya pun cuci muka saya berkali-kali dengan air itu.

Saya ikut pergi menguburkan mayat sikecil. Sialnya, walaupun sudah cuci muka dengan air bekas mandi mayat, sampai sekarang saya masih ingat bagaimana anak tersebut dimadikan, dikafani, digotong ke kuburan dan dimasukkan ke liang lahat. Untuk berhari-hari saya tidak bisa tidur. Takut.

Saya tanya ke ibu saya waktu itu, kenapa saya masih terbayang-bayang anak kecil itu, terutama sekali ketika dimasukkan dalam kubur, padahal saya sudah cuci muka dengan air mandi mayat. Ibu saya cuma ketawa.

Setelah besar (dan masih juga teringat peristiwa itu), saya baru faham. Saya dibohongi...!!!!

seekor lalat dalam mie rebus

Dalam perjalan pulang dari Kuala Lumpur setelah mengajak keponakan saya, teteh uwi yang manis (kata najwa), kami singgah makan ditempat istirahat jalan tol Pagoh, Melaka. Saya memuji kebersihan tempat tersebut. Toiletnya kering dan tak berbau. Bersih, membuat saya tak ragu-ragu buang air kecil. Demikian juga tempat makannya. Tak ada secuilpun sampah.

Saya pesan mie rebus. Baru 2-3 suap makan, saya melihat ada sesuatu berwarna hitam bersembunyi dibalik mie. Saya perhatikan betul-betul..Lalat..!!! Saya langsung bergidik. Hilang sudah selera makan.

Pujian saya tarik kembali.

Tok Bomoh

Saya orang yang susah percaya pada hal-hal mistik. Sebisa mungkin saya menghindar dari membaca, melihat atau mendengar kisah-kisah mistik. Bukan apa-apa, saya penakut hehehe.. Hanya karena melihat film seram sudah mampu membuat saya takut kekamar mandi.

Minggu kemarin, saya diajak suami kerumah teman baiknya di Kempas, Johor Bahru. Adik teman baik suami saya itu, seorang pemuda berumur awal 20-an, mahasiswa, mempunyai kemampuan supra natural. Mampu melihat hal-hal gaib. Kemampuannya ini diturunkan dari leluhurnya yang mungkin ada yang pernah jadi bomoh (dukun). Singkatnya, dia pun didaulat jadi Tok Bomoh.

Sewaktu tengah menunggu suami saya sholat ashar, tok bomoh yang jauh dari kesan angker dan seram itu duduk didepan saya. Berkali-kali ia mengibaskan tangannya kekiri sambil senyum-senyum. Saya merasa takut. Waktu saya tanya suami dalam perjalanan pulang, dia bilang itu berarti jinnya sedang mengajak dia bergurau. Waaaaa....berarti didepan saya tadi ada jin.

Jin ternyata bisa diturunkan. Dalam kepercayaan Melayu kalau leluhurnya dahulu pernah memelihara jin, maka anak keturunannya akan mewarisinya selama tidak dibuang. Ini disebut saka. Naudzubillah min dzalik. Jin kok diturun-turunkan.

Friday, April 4, 2008

setiap 4 april

Setiap tanggal 4 April saya harus ke imigrasi untuk memperbaharui izin tinggal. Karena itu, kemarin 3 April, pagi-pagi saya, suami dan anak-anak sudah meluncur ke Johor Bahru, menuju Wisma Persekutuan, tempat dimana kantor imigrasi berada. Kami berangkat jam 7.30, karena jalanan macet pada saat jam masuk kerja. Dari rumah kami di Kulai, perjalanan memakan waktu kurang lebih satu jam campur macet. Biasanya cuma 40 menit saja.

Sampai di imigrasi, belum ramai orang datang. Saya menjaga anak-anak sementara suami mengisi form yang diperlukan untuk perpanjang visa. Tiba-tiba :

"surat nikah lupa bawa,"suami saya tampak kesal. Hmmmm...saya cuma senyum masam. Kenapa bisa lupa? tapi itu pertanyaan bodoh, jadi tidak saya lontarkan.

"ingat tak nomor surat nikah berapa?"tanyanya. Hehehe...saya nyengir. Saya tak pernah mau bersusah payah menghapal nomor surat nikah. Pertanyaan berlalu tanpa jawaban.

"tanggal nikah?". Ini saya tahu dan tak akan mungkin lupa.

"hmmm...macam mana ni..."suami saya masygul. Diam beberapa saat. "Jom balik.."

Saya mengekor saja, turun dari kantor imigrasi. Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, percuma juga mau marah-marah atau mengeluh. Sudah datang pagi-pagi, ternyata sia-sia.

Lupa memang tak ingat.

Padahal dirumah tadi suami bertanya pada saya apa yang harus dibawa, saya jawab "bawa sajalah semua dokumen tu..". Yang dimaksud dokumen disini adalah berbagai surat yang berkaitan dengan pernikahan kami dan dokumen saya sebagai orang yang berkepentingan. Diletakkan dalam satu file khusus agar mudah mencarinya. Tapi memang dasar lupa... Kami pergi dengan hanya membawa passport. Malah, passport suami saya dan Najwa yang dibawa. Sesuatu yang tak perlu.

Balik lagi kerumah membawa penat. Kembali lagi ke imigrasi sudah hampir jam 12. Orang sudah penuh. Ah, mesti visa saya siap selepas makan siang pikir saya.

Tapi..perkiraan saya meleset. Hampir jam 1 visa saya siap. Cuma perlu kurang dari satu jam menunggu. Cepatnya...

Pulang dengan sedikit riang dihati. Masalah terselesaikan.

Wednesday, April 2, 2008

Indahnya Berbagi

Akhirnya, jadi juga saya memencet bel rumah tetangga sebelah dengan sepiring donat kentang ditangan. Setelah sebelumnya ragu-ragu, antara malu dan segan, saya beranikan diri juga. Suami saya mendukung. Bagilah, katanya. Saya nyengir...malu...saya bilang.

Kenapa malu?
Malu sebab saya merasa donat buatan tangan saya itu tak layak untuk dibagi pada orang lain. Harap maklum, saya mempunya penyakit kurang percaya diri yang akut. Sedap lah, suami saya bilang. Yah, siapa lagi yang mau memuji masakan isteri kalau bukan suami. Ah, tapi memang sedap. Layak dibagi orang ni..saya kuatkan niat.

Kenapa segan?
Karena inilah kali pertama saya memberi pada tetangga dilingkungan baru ini. Saya tinggal diperumahan ini sudah beberapa bulan, tapi nama-nama tetanggapun saya tidak tahu. Mungkin ini saatnya untuk saya memulai, dengan cara memberi, bukankah memberi boleh menguatkan tali silaturahim?

Jom wa.. saya ajak anak saya sekali. Dan akhirnya...ting tong.. Tetangga saya keluar.
Sedikit malu saya bilang "ini bang..ada donat sedikit.."

"ooohh..ya ya..terima kasih,"jawab tetangga saya. Aduuh lega.. Memberi saja harus melalui pertentangan batin. Ini karena saya belum terbiasa. Lama-lama situasi saling memberi ini akan terjalin dan ini akan mengeratkan kami sebagai tetangga.

Sebenarnya saya ingin juga memberi pada tetangga depan rumah saya yang orang China. Tapi anjing dobermen 6 ekor yang berada dibalik pagarnya yang rapat menghalang saya. Tak jadi...

Depan rumah saya persis adalah orang India, baru pindah. Ingin juga berbaik-baik dengan mereka. Berbaik dengan tetangga tak harus memandang Melayu, China, India. Ini mendukung program perpaduan yang dilaungkan pemerintah namanya hehehe...

Sorenya, sepiring rendang daging mampir kerumah saya. Pemberian dari tetangga sebelah itu, mengisi piring bekas donat. Berbalas pantun ini namanya. Sabtu pagi, disaat saya malas buat sarapan, semangkuk laksa johor dihantar tetangga depan rumah sebelah orang India. Kali lain, disaat hujan disore hari, abang rumah sebelah menghantar lagi semangkuk mie rebus. Sedapnya...