Monday, December 31, 2012

Azam 2012

Azam untuk tahun 2012 :

1. Tidak akan tinggalkan sholat dan ajak anak2 sholat jemaah
2. Mengaji Al-Quran tiap hari
3. Shalat dhuha tiap pagi
4. Disipilin waktu, pagi-pagi masak dulu untuk anak2, beres2 rumah, baru kerja.
5. Ajar kakak dan abang lebih kerap
6. Make my own business
7. Study lagi, ambik degree at OUM


Mudah2an terlaksana...!!!

Tuesday, August 11, 2009

Agnes dan Mbah Surip

Meninggalnya Mbah Surip turut dirasakan tetangga depan rumah saya, Agnes, seorang perempuan Sarawak suku Iban. Seperti biasa, setiap sore dia keluar membeli roti yang dijual keliling. Sementara saya mengawasi anak2 main didepan rumah. Kalau bertemu, namanya juga ibu-ibu hehe..maka ngerumpilah kita sebentar. Biasanya Agnes akan melaporkan berita artis yang dia tonton dari TV Indonesia.

"Itu mbah Surip ya..meninggal,"katanya membuka percakapan.
"iya.."jawab saya. "tau juga mbah surip."
"ee tauuu...,"katanya. "si Michelle itu suka sangat dengan mbah surip. kalo ada lagu itu..ta gendong..ta gendong..saya kuatkan volume suara, dia ketawa-ketawa,"katanya. Michelle adalah anak tunggalnya, berusia 10 tahun, seorang anak cacat mental dan fisik. Kalau dalam bahasa melayu disebut anak kurang upaya (OKU). Pada umur 5 tahun dia sakit demam tinggi, tak tertolong, akhirnya saraf2 otaknya rusak, badannya lumpuh, kakinya menekuk akibat kejang. Kalau melihat fotonya sewaktu dia berumur 3 tahun, sungguh tidak menyangka anak itu akan jadi seperti sekarang keadaannya.

Lalu katanya,"Itu sebelumnya kan driver dia meninggal dulu, mungkin dia terkejut, pas tuh dia kena serangan jantung."
"oh ya,"saya memang tidak begitu mengikuti perkembangan berita mbah surip. Lagunya pun saya belum pernah dengar. Cuma tau ta gendong ta gendong.

Agnes ini memang suka menonton TV Indonesia yang bisa ditangkap disini walaupun cuma pakai antena biasa. Terbatas pada RCTI SCTV saja. Dia tau gosip-gosip artis Indonesia, karena sering menonton infotainment. Suatu hari dulu dia melaporkan :
"Itu Dewi Persik kan baru cerai dari Saiful Jamil, eh kawin lagi dengan Aldi Taher. Pas tuh sekarang nih kena tuntut dengan manajer dia pula."

Hehe..saya nyengir. Suer..saya ga begitu tertarik baca gosip artis Indonesia. Apalagi artis dangdut huehe...Paling-paling kalo buka Kompas, saya cuma baca judulnya saja. Apalagi untuk nonton infotainment. Makasih deh.

Atau :
"Inul dah bersalin dah,"katanya. "Anak mahal tuh, 1 Milyar untuk dapat anak saja."

Kalau dia sudah melaporkan gosip artis begitu, saya cuma bisa nyengir. No comment miss agnes..!!!

Friday, August 7, 2009

Wak Enut

Kami memanggilnya Wak eNut. Umurnya 70 tahun lebih. Dia tukang urut langganan keluarga kami. Walaupun sudah berumur, kalau soal urut mengurut Wak eNut lah jagonya. 3 jam nonstop, dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sebelah kaki saja perlu waktu 30 menit untuk Wak eNut meluruskan urat-urat yang malang melintang. Pokoknya highly recommended bagi orang yang suka diurut. Puas.















Tidak ada ritual khusus yang dilakukan Wak eNut sebelum mengurut. Cuma membubuhkan sedikit minyak kelapa buatan sendiri dan baca sholawat, setelah itu tangannya yang kurus bergerak lincah menelusuri bagian-bagian tubuh. Bermula dari kaki, tangan, punggung, perut terus sampai ke kepala. Finishing touch-nya berakhir pada urutan di dahi.

Sambil mengurut Wak eNut bercerita. Sayang, pendengarannya agak terganggu karena dia jatuh dari ojek beberapa tahun yang lalu. Jadi kalau berbicara dengannya, volume suara kita mesti ditinggikan sedikit. Dia mendapat ilmu mengurut secara turun temurun. Katanya, orang mau jadi sarjana aja mesti sekolah, mesti kuliah, begitu juga untuk menjadi seorang pengurut handal, wak Enut perlu belajar. Dia harus puasa selama beberapa hari, diakhiri dengan puasa mati geni, tidak makan, tidak minum dan tidak tidur sehari semalam. Setelah itu ada beberapa amalan zikir yang mesti dilakukan. Katanya pada hari terakhir dia akan bermimpi. Dalam mimpinya wak eNut disuruh mengambil sekuntum bunga yang dia temui dibelakang rumahnya. Setelah menjalani semua itu, sah lah wak eNut sebagai seorang pengurut, tentu saja setelah sebelumnya beliau diajar teknik mengurut yang betul.

Itulah makanya kenapa wak eNut tidak merasa lelah walaupun harus mengurut 3 jam nonstop. Belum lagi kalau yang mau diurut banyak. Setelah istirahat sholat dan makan, wak eNut akan melanjutkan kerjanya lagi tanpa mengeluh capek. Makannya pun sangat sederhana, beliau tidak suka ikan dan makanan berprotein tinggi lainnya. Cukup nasi dengan ikan asin, atau mie instant. Tidak heran wak eNut tetap langsing hehe..

Karena wak eNut sudah sepuh, beliau merasa perlu untuk menurunkan ilmu mengurutnya kepada keturunannya. Sayang, anak-anak wak eNut sudah meninggal. Kepada cucunya lah dia turunkan ilmunya. Tapi katanya zaman sekarang ini susah mau menyuruh cucunya melakukan apa yang pernah dia lakukan dulu. Banyak godaan katanya. Salah satunya TV. Mungkin cucunya lebih suka nonton sinetron ketimbang melakukan amalan untuk jadi seorang pengurut.

Yang hebat dari wak eNut, walaupun hanya dari penghasilan mengurut, beliau mempunyai 6 orang anak angkat yatim piatu. Subhanallah..malulah kita yang mempunyai kemampuan keuangan lebih dari beliau.

Friday, July 17, 2009

Dulu dan sekarang

Tadi malam, anak saya najwa 4 tahun, menemukan foto saya waktu wisuda diploma 6 tahun yang lalu. Diperhatikannya foto saya lekat-lekat, kemudian pandangannya beralih kesaya.
"Ini bunda ke?"tanyanya dalam logat melayu
"Iya, itu bunda."
"Nampak macam lain je,"katanya heran.
"Lain kenapa?"
"Yang ini cantik, putih, kurus.. tapi..."kalimatnya menggantung. Diperhatikannya saya baik-baik.
"Sekarang tak cantik, ada jerawat, gemuk pula tuh,"katanya polos.

Huahahaaaaaa... saya tergelak. Dasar anak kecil. Penilaian yang jujur dan polos.
Tiba-tiba satu-satu idea berlompatan dalam kepala.
Jogging, fitnes, diet, jangan makan malam, puasa biar lebih cepat lebih baik, facial, creambath, krim pigmen, colagen, krim anti penuaan...
Hahaha banyak amat...

Untung ada suara yang membela :
"Bunda tak gemuk lah kakak, cuma tembam aja.."hiks hikss atu sami mawon eta mah.

Terima kasih diingatkan sayang.. Bunda memang kurang merawat diri yah hehe...

Tuesday, May 5, 2009

Mengalah akan berarti kalah

Kasihan anak saya.
Kesadaran itu mungkin agak terlambat datangnya. Tapi lebih baik daripada tidak sama sekali.
Secara tidak sadar, kami, saya dan suami, selama ini ternyata telah mengkondisikan najwa, anak 4 tahun saya, untuk selalu mengalah. Bukan saja dengan adiknya, tapi juga ketika berebut mainan dengan temannya. Kami akan langsung membujuk najwa untuk menyerahkan mainannya ketika temannya menghendaki.

Seperti sore itu.
Kami berkunjung kerumah sepupu. Suami saya memetik dua kuntum bunga dan diberikannya pada
najwa dan batrisya, anak sepupu suami. Ketika melihat bunga najwa yang sebenarnya sama persis dengan bunganya, batrisya merengek minta bunga najwa. Secara spontan suami saya bilang pada najwa untuk menukar bunganya dengan bunga batrisya. Pada mulanya najwa terlihat menolak, tapi kemudian memberikan bunganya setelah terlebih dahulu menatap wajah suami saya.

Kami sadar kemudian bahwa itu salah.
Ya salah, tidak seharusnya dia mengalah. Bunga itu adalah haknya. Biar dia sendiri yang menentukan apakah akan diberikan atau tidak tanpa arahan siapapun. Karena dari kumpulan kejadian kecil seperti ini, dia akan belajar untuk mempertahankan haknya. Tugas kami seharusnya hanya memberi pengertian pada kedua anak itu apa yang sudah menjadi bagiannya. Tidak perlu menyuruh untuk mengalah.

Kilasan kejadian lama bermain dalam benak saya. Astagfirullah.. Ada begitu banyak kejadian serupa yang telah membentuk pribadi najwa. Ketika anak selalu diajarkan mengalah, maka yang akan terjadi adalah anak merasa tidak layak memiliki apa-apa. Kemampuannya untuk berkompetisi jadi berkurang, dan jadilah dia anak yang selalu duduk dibelakang, tidak berani menonjolkan diri karena merasa tidak layak. Selalu mengalah juga membentuk pribadi anak menjadi lemah, tidak berani mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya. Seharusnya biarkan mereka yang memutuskan apa yang harus dilakukan, tugas orangtua hanya memberikan mereka pemahaman.

Sampai pada satu titik kami merasa sangat bersalah.