Tuesday, May 5, 2009

Mengalah akan berarti kalah

Kasihan anak saya.
Kesadaran itu mungkin agak terlambat datangnya. Tapi lebih baik daripada tidak sama sekali.
Secara tidak sadar, kami, saya dan suami, selama ini ternyata telah mengkondisikan najwa, anak 4 tahun saya, untuk selalu mengalah. Bukan saja dengan adiknya, tapi juga ketika berebut mainan dengan temannya. Kami akan langsung membujuk najwa untuk menyerahkan mainannya ketika temannya menghendaki.

Seperti sore itu.
Kami berkunjung kerumah sepupu. Suami saya memetik dua kuntum bunga dan diberikannya pada
najwa dan batrisya, anak sepupu suami. Ketika melihat bunga najwa yang sebenarnya sama persis dengan bunganya, batrisya merengek minta bunga najwa. Secara spontan suami saya bilang pada najwa untuk menukar bunganya dengan bunga batrisya. Pada mulanya najwa terlihat menolak, tapi kemudian memberikan bunganya setelah terlebih dahulu menatap wajah suami saya.

Kami sadar kemudian bahwa itu salah.
Ya salah, tidak seharusnya dia mengalah. Bunga itu adalah haknya. Biar dia sendiri yang menentukan apakah akan diberikan atau tidak tanpa arahan siapapun. Karena dari kumpulan kejadian kecil seperti ini, dia akan belajar untuk mempertahankan haknya. Tugas kami seharusnya hanya memberi pengertian pada kedua anak itu apa yang sudah menjadi bagiannya. Tidak perlu menyuruh untuk mengalah.

Kilasan kejadian lama bermain dalam benak saya. Astagfirullah.. Ada begitu banyak kejadian serupa yang telah membentuk pribadi najwa. Ketika anak selalu diajarkan mengalah, maka yang akan terjadi adalah anak merasa tidak layak memiliki apa-apa. Kemampuannya untuk berkompetisi jadi berkurang, dan jadilah dia anak yang selalu duduk dibelakang, tidak berani menonjolkan diri karena merasa tidak layak. Selalu mengalah juga membentuk pribadi anak menjadi lemah, tidak berani mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya. Seharusnya biarkan mereka yang memutuskan apa yang harus dilakukan, tugas orangtua hanya memberikan mereka pemahaman.

Sampai pada satu titik kami merasa sangat bersalah.

No comments: